Menjadi Manusia Belajar dari Aristoteles

Etika Nikomacheia kalimat termasyur “ setiap keterampilan dan ajaran, begitu pula tindakan dan keputusan tampaknya mengejar salah satu nilai. Apakah tujuan manusia?” 
Hidup kita akan terarah apabila kita melakukannya sedemikina rupa hingga kita mencapai tujuan kita. Apa pun yang dicapai akhirnya tidak akan bermakna karena dirinya sendiri berantakan. Moralitas, yaitu ajaran tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik dilakukan, didasarkan pada ajaran agama. Fakta bahwa apa pun yang dilakukan manusia selalu dilakukannya demi sebuah tujuan. Aristoteles, ada dua tujaun manusia. Ada tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara hanyalah sarana untuk tujuan lebih lanjut. Tetapi, apakah ada sesuatu tujuan yang merupakan tujuan akhir, yang tidak kita cari demi tujuan lebih lanjut, melainkan demi dirinya sendiri ? tujuan yang apabila tercapai kita betul-betul puas ? Aristoteles berolak dari pertanyaan ini.
Maka, pertanyaan kunci adalah ; Hidup macam apap yang menghasilakan kebahagian ? Dari mana kita tahu ajaran moralitas? Kita menerimanya melalui pendidikan di rumah dan dimasyarakat pada umumnya sebagai sesuatau yang sudah jelas. Nah, seperti diuraikan Aristoteles, pertimbangan yang kelihatan palaing masuk akal untuk mendasari aturan kehidupan bermoral adalah keterarahan pada kebahagian. filasafat menjelaskan ; Hanya orang yang menguasai hawa nafsunya bisa bahagia. Epikuros (341-270), ada lah sangat sederhana dan sepintas amat masuk akal ; Kalau kamu mau bahagia, hidarilah perasaan sakit dan usahakan rasa nikmat. Dengan demikian, satu hal menjadi jelas dan itulah hal kedua yang ditegaskan Aristoteles ; nikmat dan rasa sakit ada bermacam-macam, tergantung dari tindakan yang menghasikannya. Aristoteles sudah mengajarkan sesuatu yang amat penting ; kebahagian tidak dapat dicapai dengan mengejar perasan nikmat dan menghindari perasaan sakit. Apakah kita juga mampu untuk memberi arah yang benar pada hidup kita ? dalam bahasa Aristoteles, kita harus membangun keutaman yang sesuai. Kualitas seseorang ditentukan dari keutaman yang dimilikinya. Apakah kita menjadi pemberi atau penakut, orang jujur atau curang, terbuka atau picik, rasional atau emosional, kikir atau besar hati. Jadi apakah kita menjadi manusia bermutu, itu tergantung dari keutamaan yang kita bangun dalam diri kita.
Kebijkasanaan dalam arti phronesis amat penting bagi kita. Kalau kita bijaksana, kita menjadi biasa bertindak dengan tepat dalam berbagai macam situasi. Phreonesis membuat manusia menjadi pandai dan benar dalam membawa diri dan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Apabila kita memiliki phronesisi kita tahu bagaimana kita bertindak dengan tepat dan etis. Maka, dalam pendidikan anak perlu dirangsang kebijaksanaannya sejak dini. Orang pernah memantapkan sikap jujurnya, barangkali akan mengalami berbagai macam kerugian karenanya, tetapi hatinya akan tetap mantap, harga dirinya tidak akan jatuh, dan dalam kesederhanaan pun ia gembira. Dari Aristoteles kita juga dapat belajar, bahwa kita harus mengetahui diri kita sendiri. Dengan mengetahui diri kita sendiri, kita lebih sadar akan kekuatan dan kelemahan kita. Aristoteles memulai dengan pertanyaan menarik ; Apakah persahabatan harus dipertahankan apabila sahabat berubah ? apabila sahabat yang dulunya berbudi luhur menjadi orang yang bersemangat rendah dan buruk, persahabatan tidak mungkin dipertahankan. “karena itu orang berkeutamaan harus mencintai diri (karena ia sendiri akan beruntung daripadanya, apabila ia melakukan yang luhur dan juga akan bermanfaat bagi orang lain)”.Aristoteles juga memperlihatkan kearah mana kita harus melangkah. Arah itu adalah kemanusia kita, perwujudnyataan ciri-ciri yang khas bagi manusia. Ada dua ciri menurut Aristoteles, yang pertama adala logos, roh bagian ilahi dalam manusia. Dilema ke dua adalah masyarakat. Aristoteles begitu menekankan ciri sosial manusia, manusia adalah zoon politikon, makhluk bermasyarakat.
Maka, dari Aristoteles manusia abad 21 pun masih bisa dapat belajar sesuatu. Terutama bahwa kita masing-masing dapat membangun diri menjadi manusia utama, dan bahwa itu kita lakukan dengan melibatkan diri dalam komunitas dan masyrakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar